
Jakarta Masuk Deretan Kota Termahal Dunia, Nomor Berapa?
Jakarta Masuk Deretan Kota Termahal Dunia, Nomor Berapa?
Jakarta, ibu kota Indonesia, kini tercatat dalam daftar kota termahal di dunia. Data ini dirilis oleh lembaga riset ekonomi terkemuka, yang secara rutin memantau dan membandingkan biaya hidup di berbagai kota global. Masuknya Jakarta ke daftar tersebut mengundang perhatian publik, terutama karena kota ini sebelumnya dikenal lebih terjangkau dibanding kota-kota besar lain di Asia Tenggara.
Pemeringkatan Global Biaya Hidup
Setiap tahun, berbagai lembaga riset seperti Economist Intelligence Unit (EIU) dan Mercer merilis laporan biaya hidup dunia. Dalam laporan tahun 2025, Jakarta menempati posisi ke-74 dari 173 kota yang dianalisis. Ini merupakan lonjakan signifikan dari tahun sebelumnya, di mana Jakarta masih berada di luar 90 besar.
Peringkat ini dihitung berdasarkan harga lebih dari 200 komoditas, termasuk makanan, transportasi, perumahan, pendidikan, serta kebutuhan sehari-hari lainnya. Kenaikan biaya hidup di Jakarta dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk inflasi, pelemahan rupiah, serta lonjakan harga properti di pusat kota.
Penyebab Kenaikan Biaya Hidup di Jakarta
Beberapa faktor utama yang mendorong naiknya peringkat Jakarta sebagai kota mahal antara lain:
-
Inflasi Konsumen: Dalam dua tahun terakhir, inflasi bahan pokok dan barang konsumsi mengalami peningkatan tajam.
-
Harga Properti dan Sewa: Biaya sewa apartemen dan rumah di wilayah strategis Jakarta seperti Sudirman, Kuningan, dan SCBD naik hingga 20 persen.
-
Transportasi dan Bahan Bakar: Harga BBM dan tarif transportasi umum turut melonjak, seiring dengan penyesuaian subsidi.
-
Kenaikan Pajak Daerah: Penerapan tarif pajak baru pada barang mewah dan restoran mewah turut meningkatkan pengeluaran masyarakat kelas menengah ke atas.
Perbandingan dengan Kota Lain di Asia Tenggara
Meski masuk dalam daftar kota termahal, posisi Jakarta masih lebih rendah dibanding beberapa kota besar di Asia Tenggara lainnya. Singapura, misalnya, masih memegang gelar sebagai kota termahal di kawasan dan berada di peringkat 5 dunia. Bangkok dan Kuala Lumpur juga berada di atas Jakarta, masing-masing di posisi 65 dan 70.
Namun, tren Jakarta cukup mencolok. Jika kenaikan biaya hidup ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin Jakarta bisa menyalip kota-kota tersebut dalam beberapa tahun mendatang.
Dampak terhadap Masyarakat dan Bisnis
Meningkatnya biaya hidup tentu berdampak langsung pada daya beli masyarakat. Kelas menengah mulai merasakan tekanan untuk mengatur ulang pengeluaran bulanan mereka. Sementara itu, bagi pelaku usaha, terutama di sektor UMKM dan ritel, tren ini menjadi tantangan karena menurunkan konsumsi masyarakat.
Beberapa perusahaan multinasional juga mulai mempertimbangkan kembali kebijakan kompensasi dan tunjangan untuk ekspatriat yang ditempatkan di Jakarta. Biaya akomodasi, transportasi, dan gaya hidup menjadi pertimbangan penting dalam struktur gaji mereka.
Tanggapan Pemerintah Daerah
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyatakan bahwa peningkatan biaya hidup merupakan konsekuensi balap4d dari berkembangnya kota menjadi pusat ekonomi dan investasi. Wakil Gubernur DKI Jakarta menyebutkan bahwa pihaknya akan terus memantau kondisi ini dan berupaya menekan laju inflasi melalui berbagai kebijakan pengendalian harga.
Program bantuan langsung tunai (BLT), subsidi pangan, dan insentif transportasi disebut-sebut akan diperluas untuk menjaga daya beli masyarakat, terutama di lapisan ekonomi bawah.
Masa Depan Jakarta sebagai Kota Global
Meski menjadi kota mahal bisa memberi beban tambahan bagi warganya, hal ini juga menandakan bahwa Jakarta semakin diperhitungkan dalam peta kota global. Investasi asing yang terus masuk, pembangunan infrastruktur kelas dunia, dan pertumbuhan sektor teknologi menjadi faktor yang memperkuat posisi Jakarta.
Namun, tantangannya adalah memastikan bahwa pertumbuhan ini tidak menimbulkan kesenjangan yang semakin lebar. Pemerintah dan sektor swasta perlu bekerja sama untuk menciptakan kota yang inklusif dan berkelanjutan.
Kesimpulan
Jakarta resmi masuk dalam deretan kota termahal dunia, menunjukkan transformasi ekonomi dan urbanisasi yang pesat. Namun, pemerintah perlu mengelola tren ini dengan hati-hati agar tidak mengorbankan kesejahteraan masyarakat. Transparansi, subsidi tepat sasaran, dan perencanaan tata kota yang berkeadilan menjadi kunci untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan kualitas hidup.
Baca juga:Baca juga: Wamenkop Kopdes Merah Putih Tuban Kembali Operasi, Hanya Salah Paham