Pemerintah Mendorong Hilirisasi Sawit Dan Melalui Empat Tahapan sebagai bagian dari strategi pembangunan ekonomi nasional yang berkelanjutan. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Rachmat Pambudy, menyatakan bahwa hilirisasi kelapa sawit akan dilakukan melalui empat tahapan utama guna meningkatkan nilai tambah komoditas ini di pasar domestik dan internasional.
“Sebagai komoditas strategis dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029, hilirisasi kelapa sawit akan melalui empat tahapan utama, yaitu penguatan ekosistem industrialisasi, peningkatan kapasitas produksi untuk kebutuhan dalam negeri, peningkatan daya saing industri menuju ekspansi global, serta pencapaian net export.
Kami berharap bahwa langkah ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan,” ujar Rachmat Pambudy dalam seminar nasional yang diselenggarakan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) dan dipantau secara virtual di Jakarta, Selasa (11/3/2025).
Pemerintah Mendorong Hilirisasi Sawit Di Indonesia
Indonesia saat ini merupakan produsen utama minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) dengan kontribusi sebesar 68,7 persen dari total produksi dunia. Dengan dominasi ini, pemerintah melihat peluang besar untuk meningkatkan nilai tambah komoditas ini melalui hilirisasi yang lebih luas dan beragam.
Salah satu kebijakan yang dianggap dapat memperkuat industri hilir kelapa sawit adalah program biodiesel B35 serta kebijakan Makan Bergizi Gratis (MBG). Kedua kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan permintaan produk olahan sawit secara signifikan, baik untuk kebutuhan energi maupun pangan.
“Dengan mengoptimalkan hilirisasi, kita tidak hanya dapat meningkatkan daya saing global, tetapi juga memperkuat ketahanan energi dan pangan nasional. Selain itu, upaya ini akan mendukung penciptaan lapangan kerja serta memberikan manfaat ekonomi bagi petani dan pelaku usaha di sektor ini,” tambah Rachmat.
Kelapa Sawit sebagai Pilar Ketahanan Pangan dan Energi
Selain sebagai sumber minyak nabati utama dunia, perkebunan kelapa sawit juga memiliki peran penting dalam mendukung ketahanan pangan melalui sistem intercropping atau tumpang sari serta agroforestry. Salah satu inovasi yang telah diterapkan adalah Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (SISKA), yang mengombinasikan perkebunan sawit dengan peternakan sapi untuk meningkatkan produksi pangan nasional secara berkelanjutan.
Lebih lanjut, kelapa sawit juga memiliki potensi besar dalam mendukung bauran energi nasional melalui pengembangan biofuel. Biomassa yang berasal dari limbah kelapa sawit seperti serat, cangkang, tandan kosong, pelepah, dan batang replanting sawit dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif yang ramah lingkungan.
“Potensi biomassa dari industri sawit perlu dikembangkan lebih lanjut sebagai bagian dari solusi energi terbarukan. Dengan pengelolaan yang tepat, kita bisa mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil serta mencapai target bauran energi nasional yang lebih hijau,” jelas Rachmat.
Dukungan Terhadap Ekonomi Sirkular dan Pembangunan Berkelanjutan
Industri kelapa sawit juga berpeluang besar untuk menerapkan konsep ekonomi sirkular, di mana setiap bagian dari pohon sawit dapat dimanfaatkan kembali menjadi produk yang memiliki nilai guna. Pendekatan ini diharapkan dapat mengurangi limbah dan menciptakan rantai pasok yang lebih efisien.
Selain itu, perkebunan kelapa sawit memiliki kapasitas untuk menyerap karbon dan melepaskan oksigen dalam jumlah yang signifikan, meskipun memiliki karakteristik berbeda dibandingkan dengan hutan alami. Oleh karena itu, pemerintah berupaya mengelola sektor ini agar dapat mendukung program pembangunan rendah karbon.
“Kita harus memastikan bahwa pengelolaan perkebunan kelapa sawit dilakukan secara berkelanjutan. Ini mencakup penerapan praktik pertanian regeneratif, pemanfaatan lahan secara efisien, serta perlindungan terhadap ekosistem gambut,” tambah Rachmat.
Membangun Ekosistem Industrialisasi yang Kuat
Sebagai langkah awal dalam tahapan hilirisasi, pemerintah menargetkan penguatan ekosistem industrialisasi kelapa sawit. Ini mencakup peningkatan kapasitas produksi dalam negeri dengan mengembangkan pabrik pengolahan minyak sawit yang lebih modern dan efisien. Selain itu, pemerintah juga berupaya meningkatkan kolaborasi antara industri, akademisi, dan pemerintah dalam penelitian serta inovasi teknologi pengolahan sawit.
Melalui strategi ini, diharapkan industri kelapa sawit Indonesia dapat memiliki daya saing yang lebih tinggi di pasar global. “Kita ingin menjadikan Indonesia sebagai pemimpin dalam industri hilirisasi kelapa sawit dunia. Dengan investasi di bidang teknologi dan inovasi, kita bisa mengembangkan produk turunan sawit yang lebih beragam, mulai dari oleokimia, bioplastik, hingga farmasi,” jelasnya.
Mendorong Ekspansi Pasar Global
Langkah berikutnya dalam hilirisasi kelapa sawit adalah meningkatkan daya saing industri untuk ekspansi ke pasar global. Pemerintah berupaya memperkuat regulasi dan standar mutu produk sawit agar lebih kompetitif di pasar internasional. Selain itu, diplomasi ekonomi juga akan terus ditingkatkan guna membuka akses pasar yang lebih luas.
“Kami akan memastikan bahwa produk kelapa sawit Indonesia tidak hanya memiliki kualitas tinggi, tetapi juga sesuai dengan standar keberlanjutan global, sehingga dapat diterima di berbagai negara,” kata Rachmat.
Kesimpulan
Hilirisasi kelapa sawit merupakan bagian penting dari strategi pembangunan ekonomi nasional yang berkelanjutan. Dengan menerapkan empat tahapan utama—penguatan ekosistem industrialisasi, peningkatan kapasitas produksi dalam negeri, peningkatan daya saing industri, dan pencapaian net export—Indonesia diharapkan dapat mengoptimalkan potensi besar dari industri ini.
Selain mendukung ketahanan pangan dan energi, pengelolaan kelapa sawit yang lebih berkelanjutan juga akan berkontribusi pada program pembangunan rendah karbon serta menciptakan nilai tambah bagi ekonomi nasional. Dengan kerja sama antara pemerintah, industri, dan masyarakat, hilirisasi kelapa sawit dapat menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.