
Airlangga Targetkan Tarif AS untuk RI Lebih Rendah dari Vietnam
Airlangga Targetkan Tarif AS untuk RI Lebih Rendah dari Vietnam
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyampaikan target ambisius terkait hubungan dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat.
Pemerintah, melalui berbagai jalur diplomasi ekonomi, tengah mendorong agar tarif ekspor Indonesia ke pasar AS bisa lebih rendah dibandingkan Vietnam.
Langkah ini dinilai penting untuk memperkuat daya saing produk nasional di pasar global, khususnya di tengah dinamika persaingan perdagangan internasional yang semakin ketat.

Perbandingan Tarif RI dan Vietnam di Pasar Amerika
Saat ini, banyak produk ekspor Indonesia dikenakan tarif bea masuk yang lebih tinggi dibandingkan produk serupa dari Vietnam. Sebagai contoh, beberapa komoditas tekstil, alas kaki, hingga elektronik, mengalami perbedaan tarif yang cukup signifikan. Hal ini disebabkan oleh perjanjian dagang bilateral atau multilateral yang dimiliki Vietnam dengan Amerika Serikat, seperti dalam kerangka Trans-Pacific Partnership (TPP), yang sebelumnya sempat diikuti Vietnam.
Diplomasi Ekonomi Jadi Kunci Utama
Airlangga menegaskan bahwa diplomasi ekonomi akan menjadi ujung tombak dalam mencapai target tersebut. Pemerintah Indonesia sedang memperkuat negosiasi perdagangan dan mendorong pembaruan skema Generalized System of Preferences (GSP) dengan AS. Selain itu, berbagai pertemuan bilateral telah dijadwalkan untuk membahas kemungkinan perjanjian dagang yang lebih menguntungkan dan saling menguntungkan antara kedua negara.
Manfaat Jika Tarif Lebih Rendah dari Vietnam
Jika Indonesia berhasil mendapatkan tarif yang lebih rendah dari Vietnam, maka sejumlah manfaat besar bisa diraih. Pertama, produk Indonesia akan menjadi lebih kompetitif di pasar AS dari segi harga. Kedua, hal ini akan mendorong peningkatan ekspor sektor padat karya seperti garmen, alas kaki, dan furnitur. Ketiga, akan membuka peluang lebih luas bagi pelaku UMKM untuk menembus pasar ekspor karena hambatan tarif yang menurun.
Dampak terhadap Industri Dalam Negeri
Kebijakan ini juga akan memberikan efek domino positif terhadap industri dalam negeri. Dengan pasar ekspor yang semakin terbuka, industri lokal akan terdorong untuk meningkatkan kapasitas produksi, kualitas produk, serta efisiensi proses manufaktur. Hal ini berpotensi menciptakan lapangan kerja baru dan menggerakkan ekonomi di sektor riil. Airlangga menyebut bahwa target ini bukan hanya soal angka perdagangan, tetapi juga tentang kesejahteraan rakyat.
Kolaborasi dengan Kementerian Terkait dan Pelaku Usaha
Pemerintah tidak bergerak sendiri. Menko Airlangga memastikan bahwa upaya ini melibatkan berbagai kementerian terkait seperti Kementerian Perdagangan, Kementerian Luar Negeri, dan Kementerian Perindustrian. Selain itu, pelaku usaha dan asosiasi eksportir juga dilibatkan dalam forum diskusi dan penyusunan strategi bersama. Pendekatan kolaboratif ini penting agar kebijakan yang dihasilkan benar-benar menyentuh kebutuhan dunia usaha.
Kendala dan Tantangan dalam Negosiasi
Meski target ini sangat strategis, bukan berarti mudah untuk diwujudkan. Proses negosiasi perdagangan selalu memerlukan waktu dan konsensus politik. Di sisi lain, Amerika Serikat juga sedang menjaga stabilitas perdagangan dalam negerinya, yang berarti setiap pengurangan tarif harus memberi nilai timbal balik. Oleh karena itu, Indonesia perlu menunjukkan bahwa kemitraan dagang dengan AS akan saling menguntungkan dan memperkuat kerja sama jangka panjang.
Dukungan terhadap Sektor Ekspor Prioritas
Untuk mendukung misi ini, pemerintah juga telah menetapkan sejumlah sektor ekspor prioritas yang akan difasilitasi lebih lanjut. Sektor seperti manufaktur tekstil, pertanian olahan, otomotif, dan teknologi digital menjadi fokus utama. Pelatihan ekspor, peningkatan kualitas produk, dan promosi dagang akan diperkuat agar sektor-sektor ini siap bersaing jika hambatan tarif berhasil dikurangi.
Harapan terhadap Pemerintah AS
Airlangga berharap pemerintah AS bersedia mempertimbangkan posisi Indonesia sebagai mitra strategis di kawasan Indo-Pasifik. Indonesia memiliki posisi geopolitik yang penting dan populasi ekonomi yang besar. Dengan memberikan tarif preferensial, AS tidak hanya memperkuat hubungan bilateral, tetapi juga menegaskan komitmennya terhadap mitra strategis non-TTP di Asia Tenggara.
Kesimpulan: Menuju Ekspor Lebih Kompetitif
Target Airlangga Hartarto agar tarif ekspor Indonesia ke AS lebih rendah dari Vietnam menjadi langkah penting dalam transformasi ekonomi nasional. Dengan kolaborasi antar lembaga, dukungan pelaku usaha, dan diplomasi perdagangan yang aktif, Indonesia berpeluang besar memperkuat posisi sebagai pemain utama dalam rantai pasok global. Langkah ini diharapkan membawa dampak nyata bagi ekspor, industri, dan kesejahteraan rakyat Indonesia secara keseluruhan.
Baca juga: ATI Resmi Gelar Rapat Koordinasi dan RAT 2025, Bahas Isu Strategis